Nama : Sri Oktaviani
Kels : 9G
No.Abs : 36
Remaja yang terbiasa mengalami kurang tidur memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dalam masa depannya. Kurang tidur ditemukan memicu kadar kolesterol yang tinggi, peningkatan berat badan, dan naiknya tekanan darah yang semuanya menjadi awal dari masalah dalam sistem kardiovaskular. Demikian menurut studi dari University of Toronto, The Hospital for Sick Children, Kanada.
Dalam studi itu diikuti partisipasi 4.104 remaja. Mereka diukur risiko kardiometaboliknya. Remaja tersebut juga diminta mengisi kuesioner tentang status gizi dan kebiasaan tidurnya.
Dari pengamatan peneliti, ada sekitar 19,6 persen remaja mengalami kualitas yang cukup buruk atau sangat buruk untuk tidur di malam hari. Ada 10 persen remaja yang mengalami kualitas tidur cukup buruk atau sangat buruk hanya di akhir pekan. Sementara itu, lima persen remaja harus memakai obat tidur agar bisa terlelap di malam hari.
“Kami menemukan hubungan antara gangguan tidur dan risiko kardiovaskular pada remaja, sebagaimana ditentukan oleh kadar kolesterol tinggi, peningkatan BMI (indeks massa tubuh), dan hipertensi,” kata Brian McCrindle, peneliti, seperti dikutip News Medical.
Pada remaja yang sering mengalami gangguan tidur, mereka mengalami peningkatan risiko umum kardiovaskular 1,43 kali lebih tinggi. Mereka juga berisiko mengalami hipertensi 1,44 kali lebih tinggi dan berpotensi mendapatkan penumpukan kolesterol 1,2 lebih tinggi. Untuk masalah obesitas, remaja yang buruk kualitas tidurnya mengalami risiko kegemukan hingga 21,8 persen lebih tinggi.
Peneliti mengatakan, gangguan tidur ini tidak secara langsung mempengaruhi kardiovaskular. Namun, pada remaja yang kurang tidur ditemukan mengonsumsi makanan gorengan lebih banyak, menyukai soda, terbiasa makan permen, mengonsumsi makanan ringan, minuman berkafein, mengalami penurunan aktivitas fisik, dan lebih lama menghabiskan waktu di layar komputer atau teve. Dan, semua itu dilakukan dalam porsi berlebihan.
“Strategi intervensi untuk mengoptimalkan tidur awal dalam hidup, mungkin penting untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler,” kata peneliti.
Dalam studi itu diikuti partisipasi 4.104 remaja. Mereka diukur risiko kardiometaboliknya. Remaja tersebut juga diminta mengisi kuesioner tentang status gizi dan kebiasaan tidurnya.
Dari pengamatan peneliti, ada sekitar 19,6 persen remaja mengalami kualitas yang cukup buruk atau sangat buruk untuk tidur di malam hari. Ada 10 persen remaja yang mengalami kualitas tidur cukup buruk atau sangat buruk hanya di akhir pekan. Sementara itu, lima persen remaja harus memakai obat tidur agar bisa terlelap di malam hari.
“Kami menemukan hubungan antara gangguan tidur dan risiko kardiovaskular pada remaja, sebagaimana ditentukan oleh kadar kolesterol tinggi, peningkatan BMI (indeks massa tubuh), dan hipertensi,” kata Brian McCrindle, peneliti, seperti dikutip News Medical.
Pada remaja yang sering mengalami gangguan tidur, mereka mengalami peningkatan risiko umum kardiovaskular 1,43 kali lebih tinggi. Mereka juga berisiko mengalami hipertensi 1,44 kali lebih tinggi dan berpotensi mendapatkan penumpukan kolesterol 1,2 lebih tinggi. Untuk masalah obesitas, remaja yang buruk kualitas tidurnya mengalami risiko kegemukan hingga 21,8 persen lebih tinggi.
Peneliti mengatakan, gangguan tidur ini tidak secara langsung mempengaruhi kardiovaskular. Namun, pada remaja yang kurang tidur ditemukan mengonsumsi makanan gorengan lebih banyak, menyukai soda, terbiasa makan permen, mengonsumsi makanan ringan, minuman berkafein, mengalami penurunan aktivitas fisik, dan lebih lama menghabiskan waktu di layar komputer atau teve. Dan, semua itu dilakukan dalam porsi berlebihan.
“Strategi intervensi untuk mengoptimalkan tidur awal dalam hidup, mungkin penting untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler,” kata peneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar