9G25 NAELATURROJA
"Ada stigma yang ditempelkan pada guru, diapa-apakno, dilatih, gak iso-iso. Pancet koyo ngene ae(diapa-apakan, dilatih, tidak pernah bisa. Tetap saja seperti ini)," katanya, di Semarang, Sabtu (23/2/2013).
Hal tersebut diungkapkan Nuh usai menyampaikan sosialisasi kurikulum 2013, sekaligus meresmikan gedung pascasarjana dan peletakan batu pertama pembangunan Balairung IKIP PGRI Semarang.
Menurut Nuh, stigma yang meremehkan kemampuan guru itu ditunjukkan salah satunya melihat hasil uji kompetensi guru (UKG) yang sebenarnya dilakukan untuk kepentingan internal kementerian.
"Pelaksanaan UKG itu sebenarnya hanya untuk kepentingan internal, untuk memetakan kualitas guru, dan membenahi secara sistematis. Akan tetapi, itu justru dijadikan alat pukul balik kemampuan guru," katanya.
Oleh karena itu, Mendikbud mengajak seluruh guru untuk membuktikan dirinya bisa mengembangkan kompetensi dan kualitas serta tidak terpengaruh stigma negatif yang meremehkan kemampuan guru.
"Guru-guru di Indonesia punya motivasi untuk mengembangkan potensi yang luar biasa. Mari kita buktikan meski diremehkan. Tidak boleh marah dengan stigma itu, tetapi jadikan energi positif untuk maju," katanya.
Mendikbud yakin, guru-guru di Indonesia memiliki motivasi mengembangkan kualitas, mutu, dan kompetensinya secara luar biasa, salah satunya melalui penerapan kurikulum baru sebagai ajang pembuktian.
Ia mengatakan, ada setidaknya empat elemen perubahan pada kurikulum baru, yakni standar kompetensi lulusan, isi, proses, dan penilaian yang bisa dibenahi tanpa membuang struktur kurikulum sebelumnya.
"Pembelajaran harus dilakukan secara efektif. Untuk mencapai pembelajaran efektif, kuncinya dua, yakni kurikulum dan guru. Oleh karena itu, mari kita buktikan lewat kurikulum baru. Mesti iso (pasti bisa, red,)," kata Nuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar