9i12 FITRI FARIDAH
GLOBALISASI : Proses yang Adil ??
Globalisasi adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama lima tahun terakhir ini dengan pemahaman makna yang beragam. Namun, apa yang dipahami dengan istilah globalisasi akhirnya membawa kesadaran bagi manusia, bahwa semua oenghuni planet ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada rentang jarakyang secara fisik membentang. Dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusia di muka bumi ini terhubung satu sama lain dalam jaring-jaring kepentingan yang amat luas. Pembicaraan mengenai globalisasi adalah pembicaraan mengenai topik yang amat luas yang melingkupi aspek mendasar kehidupan manusia dari budaya, politik,ekonomi dan sosial. Globalisasi dibidang ekonomi barang kali kini menjadi kerangka acuan dan sekaligus contoh yang saat ini paling jelas menggambarkan bagaimana sebuah kebijakan global bisa berdampak pada banyak orang ditingkat lokal, sementara wacana globalisasi dalm hal yang lain mungkin tidak begitu mudah diamati secara jelas.
Contoh yang bisa diangkat mungkin adalah perdagangan internasional, kebijakan dana moneter internasional hingga ijin operasi perusahaan multi nasional yang menunjukkan bahwa mata rantai dampaknya pada akhirnya akan berakhir pada pelaku ekonomi lokal, baik positif maupun negatif. Desain globalisasi ekonomi sendiri misalnya, memang pada awalnya dinilai beritikad positif, yaitu menaikkan kinerja finansial negara-negara yang dianggap masih terbelakang secara ekonomi dengan melakukan kerjasama perdagangan dan kebijakan industri. Namun, dampak negatifnya ternyata tidak bisa dielakkan ketika penyesuaian kebijakan global itu tidak bisa dilakukan ditingkat lokal. Situasi menang-menang yang ingin dicapai berubah menjadi situasi kalah -menang yang tak terhindarkan bagi pelaku ekonomi lokal.
Kasus fenomenal seperti yang tak kunjung usai, penjualan perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah baru-baru ini, atau kasus lain yang nyaris tidak terliput secar luas seperti hilangnya jutaan plasma nuftah di hutan dan Papua Barat, menunjukkan hal itu dengan jelas. Tentu masih ada banyak yang lain. Maka, tidak heran apabila kemudian sebagian merasa bahwa isu globalisasi berhembus kearah negatif, yaitu bahwa globalisasi hanya menguntungkan mereka yang lebih dahulukuat secara ekonomi dan punya infrasruktur untuk melanggengkan dominasi ekonominya, sementara negara yang terbelakang hanya merasakan dampak positif globalisasi yang arti fisial, namun sebenarnya tetap ditingkalkan.
Sebagian yang lainnya tetap optimis dengan cita-cita hakiki globalisasi dan yakin bahwa tata manusia yang setara di muka bumi ini akan terwujud suatu saat nanti dengan upaya-upaya membangun kebersatuan sebagai sesama penghuni bola dunia.
Nampaknya, apapun esensi perdebatanmya, yang ada di depan mata adalah berjalannya globalisasi di hampir segala bidang tanpa bisa dihentikan.
sumber: www.googlesearch.com
nulis sendiri
Contoh yang bisa diangkat mungkin adalah perdagangan internasional, kebijakan dana moneter internasional hingga ijin operasi perusahaan multi nasional yang menunjukkan bahwa mata rantai dampaknya pada akhirnya akan berakhir pada pelaku ekonomi lokal, baik positif maupun negatif. Desain globalisasi ekonomi sendiri misalnya, memang pada awalnya dinilai beritikad positif, yaitu menaikkan kinerja finansial negara-negara yang dianggap masih terbelakang secara ekonomi dengan melakukan kerjasama perdagangan dan kebijakan industri. Namun, dampak negatifnya ternyata tidak bisa dielakkan ketika penyesuaian kebijakan global itu tidak bisa dilakukan ditingkat lokal. Situasi menang-menang yang ingin dicapai berubah menjadi situasi kalah -menang yang tak terhindarkan bagi pelaku ekonomi lokal.
Kasus fenomenal seperti yang tak kunjung usai, penjualan perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah baru-baru ini, atau kasus lain yang nyaris tidak terliput secar luas seperti hilangnya jutaan plasma nuftah di hutan dan Papua Barat, menunjukkan hal itu dengan jelas. Tentu masih ada banyak yang lain. Maka, tidak heran apabila kemudian sebagian merasa bahwa isu globalisasi berhembus kearah negatif, yaitu bahwa globalisasi hanya menguntungkan mereka yang lebih dahulukuat secara ekonomi dan punya infrasruktur untuk melanggengkan dominasi ekonominya, sementara negara yang terbelakang hanya merasakan dampak positif globalisasi yang arti fisial, namun sebenarnya tetap ditingkalkan.
Sebagian yang lainnya tetap optimis dengan cita-cita hakiki globalisasi dan yakin bahwa tata manusia yang setara di muka bumi ini akan terwujud suatu saat nanti dengan upaya-upaya membangun kebersatuan sebagai sesama penghuni bola dunia.
Nampaknya, apapun esensi perdebatanmya, yang ada di depan mata adalah berjalannya globalisasi di hampir segala bidang tanpa bisa dihentikan.
sumber: www.googlesearch.com
nulis sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar