9G FAHMI YUDHIANA KUSUMAJAYA
Jakarta - Anas
Urbaningrum telah menyatakan dirinya berhenti dari jabatannya sebagai Ketum
Partai Demokrat (PD). Pernyataannya tersebut dinilai sudah cukup dan tak perlu
lagi dia mengajukan surat pengunduran diri kepada majelis tinggi PD.
"Pernyataannya itu saja sudah cukup, kan
seperti Soeharto dulu kan juga berhenti. Ya tinggal kekuasaannya dilanjutkan
orang lain saja," ujar pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM)
Arie Arisujito saat berbincang, Minggu (24/2/2013).
"Isi pernyataan Anas itu kan melawan, sudah
mulai meniru Nazaruddin. Kita lihat saja nanti," tutur Arie.
Sementara dalam 7 poin pernyataan yang
disampaikan para petinggi PD semalam, Majelis Tinggi PD masih menunggu surat
pengunduran diri dari Anas.
"Tak perlu lagi itu. Permintaan itu hanya
mereka mencari sesuatu yang bisa ditunggu, lalu akhirnya PD memiliki jeda. Biar
ngambang dulu sambil dilihat. Karakternya memang seperti itu, yang selalu tidak
langsung reaktif," lanjutnya.
Arie menambahkan bahwa dinamika internal PD yang
terjadi sebelumnya menyebabkan penetapan Anas digiring ke arah politik.
Menurutnya, KPK memiliki integritas, independen sehingga tidak mungkin direcoki
oleh masalah politik.
"Pasti ada pertimbangan hukum, tidak
sesimpel itu," kata Arie.
PD selanjutnya benar-benar memanfaatkan momen
ini untuk membersihkan partai secara total. "Jangan sampai ini dianggap
sebagai genderang perang. Tapi ya biarkan, siapa lagi yang terlibat ya sudah
biarkan saja mengikuti proses hukumnya," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar