9H20 LILI AELI
TOKYO, KOMPAS.com - Dua tentara AS yang memperkosa seorang perempuan Jepang di Okinawa Oktober lalu, yang memicu kemarahan di pulau itu, divonis masing-masing sembilan dan 10 tahun penjara, Jumat (1/3).
Pengadilan Distrik Naha di Okinawa mengatakan Christopher Browning (24 tahun), harus mendekam di penjara 10 tahun, sementara Skyler Dozierwalker (23 tahun), harus mejalani hukuman sembilan tahun, lapor Jiji Press. Browning dan Dozierwalker, yang tidak ditempatkan di Okinawa, minum-minum pada malam pemerkosaan itu, yang berterjadi di jalanan dan menyebabkan perempuan yang tidak diidentifikasi itu menderita sejumlah luka di leher.
Di pengadilan kedua pria itu mengakui pemerkosaan tersebut, yang memicu kemarahan di pulau sub-tropis itu dan sekitarnya, dan menyebabkan jam malam nasional bagi semua personel militer AS di Jepang.
Walau ada jam malam, kelakuan buruk para prajurit AS, kebanyakan mabuk, terus menyulut sentimen anti-AS pada masyarakat di sekitar markas mereka.
Cemas bakal terjadi konflik lain dengan masyarakat, AS bergerak cepat dengan mencoba untuk menurunkan suhu segera setelah peristiwa perkosaan itu. Duta Besar AS untuk Jepang, John Roos, mengadakan konferensi pers khusus di mana ia muncul dengan tampak marah dan kesal.
"Amerika Serikat akan bekerja sama dengan pemerintah Jepang dalam berbagai cara yang mungkin untuk mengatasi situasi mengerikan ini. Saya paham dengan kemarahan yang banyak orang rasakan sehubungan dengan kejadian yang dilaporkan ini," katanya. "Saya sendiri punya seorang putri berusia 25 tahun, jadi ini sangat personal untuk saya."
Pemerkosaan itu terjadi di tengah ketegangan yang sudah tinggi di Okinawa. Tahun lalu warga kepulauan itu menggelar demonstrasi untuk menentang penempatan pesawat Osprey AS ke situ. Catatan keamanan pesawat itu yang rapuh diangkat media Jepang dan masyarakat lokal.
Okinawa merupakan tuan rumah yang tidak ramah bagi lebih dari separuh 47.000 personel Amerika di Jepang. Kejahatan, kebisingan dan risiko kecelakaan yang terkait dengan keberadaan markas tentara AS itu secara teratur memprovokasi kemarahan masyarakat setempat.
Pemerkosaan secara bermai-ramai oleh tentara AS tahun 1995 terhadap seorang gadis Okinawa berumur 12 tahun telah memicu protes massa yang menghasilkan kesepakatan antara AS dan Jepang untuk mengurangi kehadiran militer AS yang besar di Okinawa. Masyarakat Okinawa mengatakan, bagian lain dari Jepang harus mengambil beban lebih banyak dan ingin markas-markas tentara AS itu ditutup atau dikurangi ukurannya.
Namun karena kepulauan itu membentang dari daratan Jepang hingga Taiwan yang dapat menghalangi akses China ke Pasifik, Okinawa terlalu strategis dan penting bagi Washington maupun Tokyo untuk menyetujui penarikan secara besar-besaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar