9F38 ULPIYANA
Bogor - Meski belum jelas benar yang ditanamnya
tumbuhan Ghat atau bukan, warga Puncak, Cisarua, Bogor khawatir. Mereka
mencabuti tumbuhan yang sudah ditanamnya sejak 10 tahun terakhir karena
takut terjerat hukum. Bisa saja, tumbuhan itu bahan baku narkotika jenis
Chatinone.
Hal tersebut disampaikan Kapolres Bogor AKBP Asep Safrudin kepada wartawan, Jumat (1/2/2013). Menurut dia, tindakan tersebut dilakukan atas inisiatif warga sendiri.
"Warga yang mulai mencabuti tumbuhan itu. Ini terjadi setelah adanya pemberitaan yang menyatakan bahwa bahan tersebut terindikiasi mengandung zat sebagai bahan baku narkoba," kata Kapolres.
"Masyarakat khawatir terkena dampak hukum karena menanam pohon itu," tambahnya.
Menurut warga, tumbuhan itu dibawa turis asal Timur Tengah. Warga ikut menanam karena tumbuhan tersebut sangat mudah dikembangbiakkan. Dengan cara stek seperti pada singkong, tumbuhan berdaun kecil itu bisa tumbuh dengan sendirinya.
"Daunnya makanan favorit mereka (turis Arab) untuk dijadikan lalapan setelah makan daging kambing. Kata mereka itu obat untuk menurunkan lemak," kata Bowi, kampung Citamiang, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Bogor.
Selain itu, daun juga digunakan untuk menurunkan lemak dan obat diabetes.
Warga menanam untuk keperluan bisnis. Pucuk daun bisa dijual dengan harga tinggi. "Dulunya satu bungkus plastik, harganya bisa sampai 100 dolar. Tapi sekarang sudah banyak yang tanam, harganya jadi lebih murah. Per kilonya cuma 200-300 ribu," kata Hasan (39), warga lainnya.
Hingga kini, belum ada yang bisa memastikan apakah tumbuhan yang tumbuh subur di Puncak itu benar-benar jenis Ghat atau Khat atau Catha Edulis (bahan baku untuk membuat narkotika jenis Chatinone atau Katinona). Chatinone merupakan narkotika golongan I yang hanya boleh dipakai untuk keperluan riset.
Hal tersebut disampaikan Kapolres Bogor AKBP Asep Safrudin kepada wartawan, Jumat (1/2/2013). Menurut dia, tindakan tersebut dilakukan atas inisiatif warga sendiri.
"Warga yang mulai mencabuti tumbuhan itu. Ini terjadi setelah adanya pemberitaan yang menyatakan bahwa bahan tersebut terindikiasi mengandung zat sebagai bahan baku narkoba," kata Kapolres.
"Masyarakat khawatir terkena dampak hukum karena menanam pohon itu," tambahnya.
Menurut warga, tumbuhan itu dibawa turis asal Timur Tengah. Warga ikut menanam karena tumbuhan tersebut sangat mudah dikembangbiakkan. Dengan cara stek seperti pada singkong, tumbuhan berdaun kecil itu bisa tumbuh dengan sendirinya.
"Daunnya makanan favorit mereka (turis Arab) untuk dijadikan lalapan setelah makan daging kambing. Kata mereka itu obat untuk menurunkan lemak," kata Bowi, kampung Citamiang, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Bogor.
Selain itu, daun juga digunakan untuk menurunkan lemak dan obat diabetes.
Warga menanam untuk keperluan bisnis. Pucuk daun bisa dijual dengan harga tinggi. "Dulunya satu bungkus plastik, harganya bisa sampai 100 dolar. Tapi sekarang sudah banyak yang tanam, harganya jadi lebih murah. Per kilonya cuma 200-300 ribu," kata Hasan (39), warga lainnya.
Hingga kini, belum ada yang bisa memastikan apakah tumbuhan yang tumbuh subur di Puncak itu benar-benar jenis Ghat atau Khat atau Catha Edulis (bahan baku untuk membuat narkotika jenis Chatinone atau Katinona). Chatinone merupakan narkotika golongan I yang hanya boleh dipakai untuk keperluan riset.
SUMBER:.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar