9D19 LILIS
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono,
TERKAIT:
SBY Minta Demokrat Lupakan Pemilu 2014?
Anas "Non-Aktif", Ruhut Sibuk Terima Ucapan Selamat
Pengamat: SBY Sibuk Pikirkan Partai daripada Rakyat
SBY: "Public Relation" Demokrat Kurang Cerdas
Inilah Delapan Solusi SBY untuk Demokrat
JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Susilo Bambang Yudhoyono mengambil alih kendali Partai Demokrat, diperkirakan akan membuat SBY sibuk mengurusi partai. SBY adalah Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, yang pada Jumat (8/2/2013) menyatakan mengambil alih semua tugas dan kewenangan terkait penataan dan konsolidasi Partai Demokrat.
Lalu, bagaimana nasib tugas SBY sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara? Pengamat politik Hanta Yudha menilai keputusan SBY turun langsung memberesi partainya justru akan mengganggu kinerja pemerintahan.
"Dalam konteks (SBY sebagai) Presiden, justru semakin mengganggu. Karena tantangan yang dihadapi SBY akan semakin berat," ujar Hanta, Sabtu (9/2/2013). Apalagi, lanjutnya, saat ini di dalam Kabinet Indonesia Bersatu II banyak menteri di bawah Presiden yang merangkap jabatan sebagai Ketua Umum partai.
Dengan kondisi tersebut nasib rakyat diperkirakan akan semakin terpinggirkan lantaran para elite negeri sibuk mengurusi partainya masing-masing. Apalagi, tambah dia, memasuki tahun politik Partai Demokrat juga akan terus mendapat 'serangan'. "Ini SBY bukannya mengurangi beban kerjanya memasuki akhir masa kepemimpinan, justru menambahkan beban kerja yang cenderung lebih berperan secara teknis mengurus partai," ujar dia.
Keputusan SBY mengambil alih kendali Partai Demokrat, diakui Hanta, juga kontradiktif dengan pesan SBY sebelumnya pada para menteri. Saat itu SBY meminta para menteri untuk fokus mengurus tugasnya sebagai abdi negara.
SBY juga sempat berpesan agar para menteri yang berasal dari partai politik melakukan kegiatan politiknya hanya di akhir pekan. "Ini otomatis menunjukkan SBY lupa akan tugasnya sebagai Presiden yang cukup berat. SBY lebih mengutamakan kepentingan partainya ketimbang bangsa dan negara," kecam Hanta.
Seperti diberitakan, SBY selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat menyatakan mengambil alih kendali pengelolaan partai. Seluruh instrumen partai, dari pusat sampai daerah, bertanggung jawab langsung pada Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Meski tak mencopot Anas Urbaningrum dari posisi Ketua Umum sekaligus Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY meminta Anas memfokuskan diri pada dugaan persoalan hukum di KPK. SBY menyebutkan pengambilalihan kendali berikut langkah strategis yang diambil dalam pertemuan Majelis Tinggi yang diperluas, merupakan upaya penyelamatan partai.
TERKAIT:
SBY Minta Demokrat Lupakan Pemilu 2014?
Anas "Non-Aktif", Ruhut Sibuk Terima Ucapan Selamat
Pengamat: SBY Sibuk Pikirkan Partai daripada Rakyat
SBY: "Public Relation" Demokrat Kurang Cerdas
Inilah Delapan Solusi SBY untuk Demokrat
JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Susilo Bambang Yudhoyono mengambil alih kendali Partai Demokrat, diperkirakan akan membuat SBY sibuk mengurusi partai. SBY adalah Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, yang pada Jumat (8/2/2013) menyatakan mengambil alih semua tugas dan kewenangan terkait penataan dan konsolidasi Partai Demokrat.
Lalu, bagaimana nasib tugas SBY sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara? Pengamat politik Hanta Yudha menilai keputusan SBY turun langsung memberesi partainya justru akan mengganggu kinerja pemerintahan.
"Dalam konteks (SBY sebagai) Presiden, justru semakin mengganggu. Karena tantangan yang dihadapi SBY akan semakin berat," ujar Hanta, Sabtu (9/2/2013). Apalagi, lanjutnya, saat ini di dalam Kabinet Indonesia Bersatu II banyak menteri di bawah Presiden yang merangkap jabatan sebagai Ketua Umum partai.
Dengan kondisi tersebut nasib rakyat diperkirakan akan semakin terpinggirkan lantaran para elite negeri sibuk mengurusi partainya masing-masing. Apalagi, tambah dia, memasuki tahun politik Partai Demokrat juga akan terus mendapat 'serangan'. "Ini SBY bukannya mengurangi beban kerjanya memasuki akhir masa kepemimpinan, justru menambahkan beban kerja yang cenderung lebih berperan secara teknis mengurus partai," ujar dia.
Keputusan SBY mengambil alih kendali Partai Demokrat, diakui Hanta, juga kontradiktif dengan pesan SBY sebelumnya pada para menteri. Saat itu SBY meminta para menteri untuk fokus mengurus tugasnya sebagai abdi negara.
SBY juga sempat berpesan agar para menteri yang berasal dari partai politik melakukan kegiatan politiknya hanya di akhir pekan. "Ini otomatis menunjukkan SBY lupa akan tugasnya sebagai Presiden yang cukup berat. SBY lebih mengutamakan kepentingan partainya ketimbang bangsa dan negara," kecam Hanta.
Seperti diberitakan, SBY selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat menyatakan mengambil alih kendali pengelolaan partai. Seluruh instrumen partai, dari pusat sampai daerah, bertanggung jawab langsung pada Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Meski tak mencopot Anas Urbaningrum dari posisi Ketua Umum sekaligus Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY meminta Anas memfokuskan diri pada dugaan persoalan hukum di KPK. SBY menyebutkan pengambilalihan kendali berikut langkah strategis yang diambil dalam pertemuan Majelis Tinggi yang diperluas, merupakan upaya penyelamatan partai.
Sumber: KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar