Sabtu, 09 Februari 2013

Pejabat Harus Disumpah Secara Adat untuk Tidak Korupsi

 9G15 HENDRA SUGIANTO

Setiap pejabat yang telah diambil sumpah secara agama, kemudian harus ditindaklanjuti dengan sumpah adat sesuai adat dan tradisi di daerah itu.

Sumpah adat ini harus diatur dalam peraturan perundang undangan.

Para ketua adat, sesepuh adat, dan masyarakat adat diberi hak melakukan sumpah adat bagi pejabat bersangkutan di rumah adat, disaksikan masyarakat adat.

Sumpah itu hanya terfokus pada perilaku pejabat tersebut selama memimpin.

"Ia harus berjanji secara adat untuk tidak korupsi, kolusi dan nepotisme. Memimpin rakyat dengan hati nurani. Uang rakyat sepeser pun tidak boleh dikorup, jika tidak ia akan mengalami kematian, kegagalan dalam hidup rumah tangga, jika melanggar," kata Direktur Yayasan Peduli Sesama NTT Isidorus Udak di Kupang, Sabtu (9/2/2013).

Pejabat bersangkutan didudukan di singgasana rumah adat tua, kemudian para leluhur dihadirkan secara adat, hewan korban disembelih, darah hewan korban direciki pada pejabat bersangkutan, bila perlu diminum supaya ia menjadi takut dan sadar.

Jika dalam perjalanan ternyata ia melanggar adat dengan perilaku korup, para tua adat berkumpul kembali dan melakukan upacara serupa untuk memberikan hukuman "leluhur" terhadap yang bersangkutan.

Udak mengatakan, sumpah jenis ini diyakini masih sangat mempan di kalangan masyarakat Indonesia. Di jakarta pun ada adat Betawi yang mampu melakukan sumpah seperti itu. 

                                                                 KOMPAS.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar