9F07 AMELIA RAHMAWATI
DEPOK, KOMPAS.com — Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyindir iklan antikorupsi Partai Demokrat saat kampanye Pemilu 2009. Mengatakan tidak pada korupsi ternyata korupsi.
Menurut Kalla, krisis kepemimpinan yang melanda bangsa ini bermula dari krisis kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat kepada pemimpin itu, kata dia, dinilai dari keselarasan perkataan saat kampanye pemilu dan perbuatan dalam memimpin setelah dipercaya rakyat.
"Masih hangat dalam ingatan kita suatu yang tidak dilakukan itu. Dulu saat kampanye 'katakan tidak pada korupsi', tapi kok ternyata melakukan korupsi juga. Akhirnya jatuh segala-galanya. Ini menyebabkan hasilnya (kepercayaan masyarakat) menjadi terbalik," kata Kalla dalam kuliah umum Kepemimpinan dengan Kepercayaan di Balai Sidang Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa (26/2/2013).
Kalla mengatakan, dalam mencapai tujuannya, seorang pemimpin harus mendahulukan kepercayaan. Hal itu, tuturnya, untuk membina kepercayaan antara pemimpin dan rakyat yang dipimpin. Kepercayaan masyarakat hanya dapat diperoleh dari keselarasan dalam perkataan dan perbuatan seorang pemimpin.
"Dalam memimpin, harus kerjakan apa yang kau katakan dan komunikasikan apa yang dilakukan dan tidak dilakukan. Ini biasa disebut formula 3 K atau katakan, kerjakan, dan komunikasikan," tuturnya.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu mengingatkan, begitu tidak ada kepercayaan masyarakat, seorang pemimpin akan kehilangan segalanya. Sebab, kepercayaan masyarakat dapat diibaratkan napas seorang pemimpin dalam memimpin.
Menurutnya, hal yang harus dicermati seorang pemimpin adalah menjaga kepercayaan dengan amanah. Selain itu, kata Kalla, seorang pemimpin harus membina kepercayaan publik atas dirinya untuk mewujudkan kepemimpinan yang dipercaya.
"Kepercayaan itu seperti napas, baru kita tahu tidak ada lagi setelah tidak ada napas itu," pungkasnya.
Menurut Kalla, krisis kepemimpinan yang melanda bangsa ini bermula dari krisis kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat kepada pemimpin itu, kata dia, dinilai dari keselarasan perkataan saat kampanye pemilu dan perbuatan dalam memimpin setelah dipercaya rakyat.
"Masih hangat dalam ingatan kita suatu yang tidak dilakukan itu. Dulu saat kampanye 'katakan tidak pada korupsi', tapi kok ternyata melakukan korupsi juga. Akhirnya jatuh segala-galanya. Ini menyebabkan hasilnya (kepercayaan masyarakat) menjadi terbalik," kata Kalla dalam kuliah umum Kepemimpinan dengan Kepercayaan di Balai Sidang Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa (26/2/2013).
Kalla mengatakan, dalam mencapai tujuannya, seorang pemimpin harus mendahulukan kepercayaan. Hal itu, tuturnya, untuk membina kepercayaan antara pemimpin dan rakyat yang dipimpin. Kepercayaan masyarakat hanya dapat diperoleh dari keselarasan dalam perkataan dan perbuatan seorang pemimpin.
"Dalam memimpin, harus kerjakan apa yang kau katakan dan komunikasikan apa yang dilakukan dan tidak dilakukan. Ini biasa disebut formula 3 K atau katakan, kerjakan, dan komunikasikan," tuturnya.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu mengingatkan, begitu tidak ada kepercayaan masyarakat, seorang pemimpin akan kehilangan segalanya. Sebab, kepercayaan masyarakat dapat diibaratkan napas seorang pemimpin dalam memimpin.
Menurutnya, hal yang harus dicermati seorang pemimpin adalah menjaga kepercayaan dengan amanah. Selain itu, kata Kalla, seorang pemimpin harus membina kepercayaan publik atas dirinya untuk mewujudkan kepemimpinan yang dipercaya.
"Kepercayaan itu seperti napas, baru kita tahu tidak ada lagi setelah tidak ada napas itu," pungkasnya.
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2013/02/26/1210016/JK.Katakan.Tidak.pada.Korupsi..Kok.Korupsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar