9B17 ITA RISWATI
Liputan6.com, Jakarta : Rindang, penuh kehijauan, serta suasana yang lapang, membuat siapa pun yang berkunjung merasa nyaman. Tak jauh, nampak sebuah bangunan berwarna putih yang berdiri kokoh dan megah.
Itulah Gedung Negara Pakuan. Di zaman kolonial Belanda merupakan rumah kediaman resmi Residen Priangan. Kini rumah besar ini menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Barat. Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl. Bangunan ini dirancang Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau Dinas Pekerjaan Umum sekarang. Dia merupakan staf dari Residen Van der Moore.
Kini, bangunan yang bernama Gedung Pakuan Negara ini ditinggali Ahmad Heryawan serta istri dan enam orang anaknya. Liputan6.com berkesempatan berbincang dengan istri Gubernur Jabar, Netti prasetiyani yang mengetahui sejarah bangunan itu.
Menurut Netti, bangunan yang menjadi tempat tinggal Gubernur Jabar ini merupakan peninggalan bersejarah sekaligus warisan budaya yang patut dilindungi. "Ini termasuk heritage di kota Bandung ini. Yang buat saya kagum, bukan hanya ini bangunan bersejarah tapi gedung ini harus dijaga," terang Netti kepada Liputan6.com, di Bandung, Minggu (24/2/2013).
Gedung Pakuan Negara, jelas Netti, memiliki sejarah yang panjang. Netti pun dengan fasih menceritakan sejarah gedung ini. "Gedung ini punya sejarah panjang, pertama kali dibangun tahun 1864 dan selesai 1867. Sampai saat ini, berarti sudah 146 tahun, gedung ini berdiri kokoh," imbuh Netti.
Selama 146 tahun berdiri, gedung ini tidak pernah sekalipun rusak berat. Bahkan ketika dihajar oleh gempa berskala tinggi pun, bangunan ini tidak ditemukan adanya retak-retak. "Gedung yang berdiri megah dan kokoh ini, tidak terguncang sedikit pun oleh gempa yang berkekuatan 7,3 skala richter pada September 2009 lalu di Jabar, tidak sedikitpun retak ditemukan," kata Netti.
Dibangunnya gedung ini berawal dari bencana alam yang membumihanguskan gedung pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Barat. Setelah bencana itu, lanjut Netti, Gubernur Jenderal CH. F. Pahud memilih lokasi di Jalan Otto Iskandar 1, Kelurahan Babakan Ciamis, Bandung. "Gedung ini berawal dari letusan Gunung Gede yang menghancurkan pusat pemerintahan Hindia Barat di Jawa Barat ini. Sehingga Gubernur Jenderalnya memerintahkan untuk membangun di sini," ucapnya.
Dari pembangunan tersebut, masyarakat sekarang bisa belajar nilai-nilai yang terkandung dari bangunan ini. "Bangunan ini sudah 146 tahun, mungkin pembuatnya juga sudah tiada atau wafat, tapi ternyata di luar bangunan ini dibangun oleh penjajah. Bangunan ini dibangun dengan sebuah nilai, nilai kejujuran," jelasnya.
Netti menceritakan proses pembangunan ini dan dibandingkan dengan pembangunan era saat ini. Pembangunan gedung megah itu dilakukan dengan perbandingan 3:2 untuk semen dan pasir. Kemudian, bata merah, dan ratusan besi.
"Tentu saja kalau orang jujur pasti akan memakai sebagaimana mestinya. Tidak dikurang-kurangi. Inilah nilai yang harus kita ambil dari Gedung Negara Pakuan. Ini membuktikan bangunan ini benar-benar didirikan oleh aspek kejujuran, sehingga bisa berdiri sampai sekarang," paparnya.
Pantauan Liputan6.com di Bandung, bangunan yang menjadi rumah dinas para Gubernur Jawa Barat ini memiliki taman burung, musholla, lapangan tenis, dan air mancur. Selain itu, terdapat pula pohon palem botol yang bernama latin Hyophorbe Legenicaulis.
Itulah Gedung Negara Pakuan. Di zaman kolonial Belanda merupakan rumah kediaman resmi Residen Priangan. Kini rumah besar ini menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Barat. Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl. Bangunan ini dirancang Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau Dinas Pekerjaan Umum sekarang. Dia merupakan staf dari Residen Van der Moore.
Kini, bangunan yang bernama Gedung Pakuan Negara ini ditinggali Ahmad Heryawan serta istri dan enam orang anaknya. Liputan6.com berkesempatan berbincang dengan istri Gubernur Jabar, Netti prasetiyani yang mengetahui sejarah bangunan itu.
Menurut Netti, bangunan yang menjadi tempat tinggal Gubernur Jabar ini merupakan peninggalan bersejarah sekaligus warisan budaya yang patut dilindungi. "Ini termasuk heritage di kota Bandung ini. Yang buat saya kagum, bukan hanya ini bangunan bersejarah tapi gedung ini harus dijaga," terang Netti kepada Liputan6.com, di Bandung, Minggu (24/2/2013).
Gedung Pakuan Negara, jelas Netti, memiliki sejarah yang panjang. Netti pun dengan fasih menceritakan sejarah gedung ini. "Gedung ini punya sejarah panjang, pertama kali dibangun tahun 1864 dan selesai 1867. Sampai saat ini, berarti sudah 146 tahun, gedung ini berdiri kokoh," imbuh Netti.
Selama 146 tahun berdiri, gedung ini tidak pernah sekalipun rusak berat. Bahkan ketika dihajar oleh gempa berskala tinggi pun, bangunan ini tidak ditemukan adanya retak-retak. "Gedung yang berdiri megah dan kokoh ini, tidak terguncang sedikit pun oleh gempa yang berkekuatan 7,3 skala richter pada September 2009 lalu di Jabar, tidak sedikitpun retak ditemukan," kata Netti.
Dibangunnya gedung ini berawal dari bencana alam yang membumihanguskan gedung pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Barat. Setelah bencana itu, lanjut Netti, Gubernur Jenderal CH. F. Pahud memilih lokasi di Jalan Otto Iskandar 1, Kelurahan Babakan Ciamis, Bandung. "Gedung ini berawal dari letusan Gunung Gede yang menghancurkan pusat pemerintahan Hindia Barat di Jawa Barat ini. Sehingga Gubernur Jenderalnya memerintahkan untuk membangun di sini," ucapnya.
Dari pembangunan tersebut, masyarakat sekarang bisa belajar nilai-nilai yang terkandung dari bangunan ini. "Bangunan ini sudah 146 tahun, mungkin pembuatnya juga sudah tiada atau wafat, tapi ternyata di luar bangunan ini dibangun oleh penjajah. Bangunan ini dibangun dengan sebuah nilai, nilai kejujuran," jelasnya.
Netti menceritakan proses pembangunan ini dan dibandingkan dengan pembangunan era saat ini. Pembangunan gedung megah itu dilakukan dengan perbandingan 3:2 untuk semen dan pasir. Kemudian, bata merah, dan ratusan besi.
"Tentu saja kalau orang jujur pasti akan memakai sebagaimana mestinya. Tidak dikurang-kurangi. Inilah nilai yang harus kita ambil dari Gedung Negara Pakuan. Ini membuktikan bangunan ini benar-benar didirikan oleh aspek kejujuran, sehingga bisa berdiri sampai sekarang," paparnya.
Pantauan Liputan6.com di Bandung, bangunan yang menjadi rumah dinas para Gubernur Jawa Barat ini memiliki taman burung, musholla, lapangan tenis, dan air mancur. Selain itu, terdapat pula pohon palem botol yang bernama latin Hyophorbe Legenicaulis.
Sumber: Liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar