BENCANA ALAM: Waduh, 46 KK di Jatiyoso Terancam Tanah Longsor!
KARANGANYAR – Sebanyak 46 keluarga di Dusun Margorejo dan Duwetan, Desa Tlobo, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar, terancam bencana tanah longsor. Pasalnya, wilayah tersebut mempunyai kemiringan tanah lebih dari 60 derajat dengan ketinggian mencapai 10 meter.Peneliti tanah longsor asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sulastoro, mengatakan sejak akhir 2007 hingga sekarang, wilayah lereng Gunung Lawu selalu diterpa bencana alam tanah longsor saat tiba musim penghujan. Terakhir, tanah longsor terjadi di Dusun Margorejo dan Duwetan, Desa Tlobo, Kecamatan Jatiyoso yang merenggut nyawa pada Desember 2012 lalu. “Wilayah Karanganyar menjadi langganan bencana tanah longsor karena struktur tanahnya lapuk sehingga mudah longsor,” katanya di sela-sela sosialisasi mitigasi bencana tanah longsor di Desa Tlobo, Jatiyoso, Rabu (27/2/2013).
Terdapat beberapa penyebab tanah longsor di Karanganyar termasuk di wilayah Jatiyoso seperti struktur tanah berupa breksi tuf bewarna cokelat kemerahan yang mudah menyimpan air. Tak hanya itu, kerap terjadi erosi tebing tanah di yang mengancam permukiman penduduk.
Menurutnya ada beberapa gejala tanah longsor yang patut dipahami warga setempat misalnya tanah mengalami retak-retak dan posisi pohon berubah dari tegak menjadi miring. “Gejala tanah longsor ini wajib diwaspadai para penduduk setempat sehingga mereka bisa mengungsi ke daerah aman jika bakal terjadi bencana tanah longsor,” ujarnya.
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Aji Pratama Heru K, meminta agar warga setempat selalu mewaspadai gejala tanah longsor saat musim penghujan. Menurutnya, salah satu penyebab tanah longsor karena perubahan fungsi lahan yang memperbesar resiko tanah longsor. Misalnya penebangan hutan, pembakaran hutan dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian.
Gundulnya hutan mengakibatkan tanah retak-retak pada musim kemarau. Ketika tiba musim hujan, retakan tanah tersebut dimasuki air hujan yang dapat memicu terjadinya tanah longsor. “Jadi retakan tanah harus ditutup lagi karena bisa menjadi pemicu terjadinya tanah longsor,” paparnya.
Pihaknya mewanti-wanti warga yang berdomisili di wilayah rawan tanah longsor agar mewaspadai pergerakan tanah termasuk menutup retakan tanah. Warga juga diminta memantau saluran penyaluran air hujan agar tidak melewati daerah rawan longsor. Pihaknya selalu berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng serta pemerintah desa untuk memantau pergerakan tanah di desa tersebut
http://www.solopos.com/2013/02/27/bencana-alam-waduh-46-kk-di-jatiyoso-terancam-tanah-longsor-383419
Tidak ada komentar:
Posting Komentar