9F37TOIPAH
Anak Tukang Ojek Masuk UI Tanpa Ikut Tes
Kamis, 1 April 2010 - 5:53 WIB
JAKARTA (Pos Kota) – Keterbatasan ekonomi tak menyurutkan menyambung kuliah keperguruan tinggi bergengsi di Indonesia. Inilah yang dialami oleh siswa kelas 12 IPA 1 SMAN 40 Jakut.
Aisyah Nur Kumalasari (17). Ia merupakan kebanggaan sekolah mendapat Program Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) di Universitas Indonesia (UI). Siswi berprestasi tersebut, yang berasal dari keluarga tidak mampu itu, masuk UI jurusan ilmu Gizi.
“Saya bersyukur sekali meskipun kondisi ekonomi orangtua yang tidak mampu. Namun untuk menggapai cita-cita yang tinggi saya akan membahagiakan orang tua,” tekadnya
Gadis belia yang akrab dipanggil Iis ini memiliki ayah yang hanya seorang tukang ojek. Ia bercerita sehari-hari ayahnya berpendapatan hanya Rp70 ribu/hari. Ketika ada pemagaran kereta api daerah Tanjung Priok, pendapatan ojek ayahnya sepi sekarang pendapatannya hanya Rp50 ribu/hari.
“Bapak bekerja pontang panting demi keluarga. Saya tak ingin membuat bapak bersih,” gadis peranakan Madiun dan Wonogiri ini. Untuk itu dia sangat bertekad sekali untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan orangtuanya.
Kondisi rumah yang didiami Iis bersama keluarganya memang sungguh tidak layak. Berdindingkan triplek dengan lebar 2,5 meter X 8 meter berlantai seman. Jika hujan selalu tergenang air. Apalagi bila ada kereta lewat, dinding rumah selalu bergetar.
“Saya hanya berdoa, Ya Allah jangan rubuh rumah ini,”katanya tersendak-sendak. Maklum saja jarak rumah dengan rel kereta api Tanjung Priok yang terletak di Jalan Pademangan Timur VIII RT 014/10 Jakut ini hanya selisih 2,5 meter.
Iis semenjak kelas satu selalu juara kelas dengan rata-rata nilai rapot 8, sehingga melalui PMDK kesempatan ini tidak ingin dia sia-siakan. Ketika mendapatkan jatah PMDK sebanyak 4 orang dari UI, hanya Aisyahlah yang lolos.
Namun sayang registrasi PMDK tidak masuk dalam program beasiswa 1000 anak bangsa karena dalam pengisian formulir Iis mencantumkan penadapatn ortunya dalam sebulan Rp1 juta. Dimana seharusnya pengisian tersebut Rp1 juta.
“Karena ini yang pertama kali untuk SMAN 40. Kalau ia dapat program tersebut, ia hanya dikenakan biaya persemester Rp100 ribu,” kata Endang Sri Astuti, Wakasek bidang humas SMAN 40 Jakut.
PMDK yang dilalui oleh IiS merupakan dengan batas pendapatan orangtua dibawah Rp1 juta. Sedangkan biaya persemester Rp900 ribu. Ia masuk dalam program beasiswa bantuan operasional pendidikan berkeadilan yang diselenggarakan UI. Seharusnya ia membayar Rp12 juta setiap semester.
Drs. Matalih, Kepala SMAN 40 sangat bangga dengan anak didiknya tersebut, ia berharap keterbatasan ekonomi tidak harus menyurutkan apa yang ingin digapai. “Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan,”katanya berfilosofi.
Ia berharap akan tumbuh tunas-tunas bangsa yang akan menjadi pelopor pembangunan di Indonesia ini. “Saya akan sekuat tenaga mencarikan jalan siswa- siswa terutama SMAN 40 ini yang berbakat demi terwujud tunas bangsa yang bermanfaat bagi negeri ini,”harapnya. (lina)
Teks Gambar
- Aisyah Nur Kumalasari siswa SMAN 40 yang mendapat PMDK UI tanpa harus tes didamping Kepala SMAN 40, Drs Matalih. (lina)
- Aisyah Nur Kumalasari siswa SMAN 40 yang mendapat PMDK UI tanpa harus tes didamping Kepala SMAN 40, Drs Matalih. (lina)