Sabtu, 23 Februari 2013

Pedagang Pasar: Anggaran Pertanian Besar Tapi Bawang Putih Saja Impor


9D05 CHAFIDHOH MAR'ATUN SHOLICHAH
Jakarta - Pedagang pasar yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengkritik kementerian pertanian yang memiliki anggaran besar namun produksi bawang putih masih rendah. Dampaknya produk bawang putih impor bisa mendominasi pasar dalam negeri hingga 95%.

Sekretaris Jenderal APPSI Ngadiran mengatakan negara telah memberikan anggaran yang besar untuk mengembangkan pertanian di Indonesia tetapi sia-sia jika ujung-ujungnya Indonesia terus melakukan impor. 

"Anggaran besar di Kementerian Pertanian kenapa kita impor terus (bawang putih). Seharusnya produk dalam negeri terus ditingkatkan karena potensi kita sangat banyak dan lahan juga banyak sehingga impor ini bisa dikurangi secara bertahap. Devisa kita jangan tergerus terus dong. Sayang jika negara kita yang cukup makmur ini selalu impor saat panen petani harganya jatuh," kata Ngadiran kepada detikFinance, Jumat (22/2/2013)

Ngadiran juga mengatakan dominasi para importir bawang putih menyebabkan harga bawang putih kini di pasar dalam negeri merayap naik. Harga rata-rata bawang putih per kg terus mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Di beberapa kota, harga bawang putih sudah mencapai Rp 24.000/kg. Menurut Ngadiran naiknya harga bawang putih disinyalir karena ada permainan harga yag dilakukan importir. 

"Ini bukan karena faktor cuaca tetapi ada permainan harga yang dilakukan oleh para importir," jelasnya. 

Menurut data yang dihimpun detikFinance, tahun 2013 Kementerian Pertanian memfokuskan untuk mendongkrak tanaman pangan. Pada tahun depan Kementerian Pertanian mendapat jatah anggaran sebesar Rp 19,47 triliun naik dari tahun 2012 yang hanya sebesar Rp 19,33 triliun.

Kementerian Pertanian membagi alokasi dana dalam sub sektor. Pertama adalah melalui sekolah lapangan pengelolaan tanaman yang menelan anggaran hingga Rp 4,4 triliun. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan lahan kering, lahan terlantar, dan juga milik Perhutani. Berikutnya adalah pengembangan sarana prasarana yang menelan anggaran hingga Rp 4,1 triliun.

Untuk pengembangan sarana prasarana tersebut kementerian akan fokus pada optimalisasi 250 hektar lahan, pengembangan system of rich intensification seluas 200 hektar. Selain itu ada perluasan 100 hektar areal sawah yang diikuti pengembangan 500 hektar jaringan irigasi.

Terakhir melalui sub sektor penelitian di mana pada tahun 2013 akan dibentuk unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) untuk padi, jagung, dan kedelai. Untuk pos penelitian ini kementerian mengalokasikan dana sebesar Rp 1,8 triliun
copas:detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar