
9H31 SILVIA
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri mengatakan
ada indikasi kecurangan dalam ajang Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat 2013.
"Pilkada Jawa Barat memang berjalan
baik. Namun, saya melihat adanya indikasi-indikasi di lapangan, yaitu
kemungkinan terjadinya kecurangan," ujar Megawati ketika ditemui di
Gedung MPR/DPR di Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Menurut dia, pada dasarnya kecurangan-kecurangan seperti penggunaan politik uang (money politic)
dalam suatu pemilu akan membuat demokrasi menjadi timpang karena
politik uang membuat orang-orang yang layak menjadi pemimpin ataupun
wakil rakyat justru tersingkir.
"Akibatnya, orang-orang yang
justru berkompeten dan tidak punya uang selalu tersingkir oleh mereka
yang memang di dalam suatu perencanaan sudah ingin mempergunakan uang
yang sebenarnya bukan hak dia," katanya.
Selain itu, kata
Megawati, dampak lain dari permainan politik uang adalah proses
pemberantasan korupsi di Tanah Air akan semakin sulit dilaksanakan.
"Kita
katanya sedang ingin memberantas korupsi sampai tuntas, sedangkan di
lapangan hal-hal seperti itu masih terus dibiarkan," ujarnya.
Oleh
karena itu, Megawati berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat
membongkar praktik-praktik "kotor" yang dianggap kerap terjadi dalam
pemilihan umum.
"Jadi, tentunya saya sangat berharap KPU dapat
menangani kecurangan seperti ini, termasuk tentang IT (teknologi
informasi) KPU dalam penghitungan suara," kata Mega.
Dalam
Pilkada Jabar yang diadakan pada tanggal 24 Februari, pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki yang
diusung PDI-P berada di urutan kedua dari lima pasang kandidat. Pilkada
itu untuk sementara dimenangi oleh pasangan Ahmad Heryawan (Aher) dan
Deddy Mizwar.
Sebelumnya, perusahaan riset Indonesia Political
Marketing Research (IPMR) pernah menyatakan bahwa pasangan calon
gubernur dan calon wakil gubernur dari PDI-P itu akan sulit memenangi
kompetisi dalam Pilkada Jabar 2013.
"Secara keseluruhan, peta
kekuatan Rieke hanya mengandalkan popularitas dan daya tarik pribadinya
di antara para simpatisannya. Sayangnya, hanya ada 17 persen dari
simpatisan Rieke yang memutuskan untuk memberikan suaranya ke Rieke.
Dengan demikian, cukup berat bagi Rieke-Teten untuk memenangi kompetisi
dengan situasi ini," kata Kepala Pelaksana IPMR, Farid Subkhan.
Farid
juga mengatakan, menurut hasil survei, elektabilitas pasangan
Rieke-Teten berdasarkan kontribusi dukungan partai pengusungnya, PDI-P,
masih relatif rendah, yaitu hanya mencapai 15,7 persen.
"Tingkat
elektabilitas pasangan Dede Yusuf dan Lex Laksamana mencapai 35,1
persen, lalu disusul oleh pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar
dengan angka 29,3 persen," jelasnya.
Sumber; KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar