
9I25 ROSIDAH
Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.
Bukti empirik dan riil di lapangan menunjukkan, mahasiswa yang cenderung bersikap apatis, hedonis, dan selalu mengikuti perkembangan zaman dengan segenap perubahan global, lebih banyak daripada mahasiswa yang mau berdiskusi dan senantiasa menyuarakan hak. Memang, dilematika gerak dan langkah mahasiswa tersebut tak dapat kita salahkan sepenuhnya kepada mahasiswa itu sendiri, tetapi banyak elemen penting terkait mengapa hal ini bisa terjadi. Kecenderungan seperti itu tidak dapat kita elakkan, karena tuntutan zaman dengan segenap modernitasnya yang menyebabkan mahasiswa dan kaum terpelajar lainnya bertindak seperti orang yang berglamor ria dan cenderung bersikap hedon.
Untuk itu perlu mahasiswa perlu berusaha untuk mengubah pola dan tingkah laku diri mereka. Mahasiswa seharusnya mencoba melihat realitas bangsa ini yang acap kali mengalami degradasi nilai di segala bidang. Jangan kita larut akan kehidupan globalisasi yang takkan ada hentinya, tetapi perlu sebuah upaya berkesinambungan dan memahami kembali peran awal kaum terpelajar dalam dinamika kehidupan bangsa maupun dunia kampus.
Kita dapat mengambil sebuah contoh bagaimana kehidupan sebuah kampus yang cenderung otoriter dan tidak mampu mengembangkan kreativitas yang dimiliki mahasiswa. Pemikiran mahasiswa saat ini tidak bisa disamakan dengan kehidupan dulu yang cenderung apatis. Pengembangan kreativitas mahasiswa bukan sekedar memenuhi aturan institusi, tapi bagaimana mahasiswa berpikiran maju dan mampu mengembangkan ilmu yang telah diajarkan. Bagi mahasiswa, setiap peristiwa dapat menjadi isu penting, karena mahasiswa memiliki sikap yang khas dalam memandang persoalan di sekitarnya. Sikap kritis yang dimiliki mahasiswa seringkali memiliki keterikatan dengan kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Sudah seharusnya tiga konsep berpikir dan bertindak yang harus ditanamkan oleh mahasiswa dalam mengembangkan konsep pemikirannya. Pertama, etika mengajarkan manusia untuk berbuat baik dan menjadi teladan dalam kehidupan. Selama ini, kita sebagai mahasiswa cenderung melupakan etika dalam konsep mengimplementasikan ilmu yang kita miliki. Kita bisa mengambil contoh dari seorang Gayus Tambunan yang memiliki ilmu yang baik dalam akuntansi, tetapi tidak memiliki etika sehingga dia menjadi koruptor kelas kakap yang menggarong uang rakyat lewat perpajakan.
Kedua, logika mengisyaratkan tentang kepandaian mahasiswa secara akademis. Dengan logika yang baik, seorang mahasiswa mampu meraih prestasi yang dicita-citakan. Pengembangan logika dari seorang mahasiswa cenderung diasah di bangku perguruan tinggi, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat seakan-akan tidak diterapkan dan tidak ada sama sekali. Ini sangat ironis, dan memang di masyarakat, kita cenderung mellihat bagaimana sosok seorang yang pandai di kampus tidak mampu bermasyarakat dan bersosialisasi dengan baik. Dia cenderung hidup sendiri-sendiri dan menganggap bahwa dinamika yang terjadi di masyarakat dapat diselesaikan dengan sendiri-sendiri.
Ketiga, estetika mengajarkan bagaimana mahasiswa memiliki kreativitas dalam menjalankan disiplin ilmu yang dimiliki. Konsep estetika adalah perpaduan antara logika dan etika. Mahasiswa yang pintar adalah mahasiswa yang memiliki etika. Analisa etika di sini bukan sepenuhnya patuh terhadap aturan yang dibuat kampus atau menunduk ketika pimpinan perguruan tinggi atau direktur berjalan dan berbicara, akan tetapi mampu menerapkan ilmu dengan sikap yang baik. Estetika akan ada jika mahasiswa memiliki etika dan logika yang baik.
SUMBER: http://kampus.okezone.com/read/2013/02/28/95/768941/konsep-berpikir-seorang-mahasiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar